YGSI dan Wartawan Lombok Timur Bangun Komitmen Perangi Kekerasan Seksual Terhadap Anak


Lombok Timur - Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan sejumlah asosiasi jurnalis Kabupaten Lombok Timur, Sabtu, (6/6/2024).


FGD yang diselenggarakan di Selong itu mengangkat tema repleksi pemberitaan ramah anak dan perempuan di Lombok Timur. Langkah ini sebagai salah satu upaya penyelesaian kasus-kasus kekerasan seksual dan perkawinan anak yang marak terjadi.


Tingginya kasus kekerasan seksual dan perkawinan anak di daerah menjadi faktor utama penyelenggaraan FGD yang masuk dalam program Power to Youth YGSI ini.


District Coordinator YGSI Lombok Area, Saprudin, mengatakan sepanjang Februari-Juni 2024, YGSI Lombok mencatat 6 kasus kekerasan seksual terhadap anak di Lombok Timur. Kekerasan seksual itu berupa pemerkosaan, pemaksaan perkawinan anak, dan perundungan.


Lalu menurut data DP3AP2KB NTB, jumlah kekerasan seksual dengan korban anak di Provinsi NTB pada 2022 mencapai 188 kasus. Rinciannya, 132 anak menjadi korban persetubuhan dan 56 anak menjadi korban pencabulan. 


Masih mengacu data DP3AP2KB Provinsi NTB, pada 2022 perkawinan anak di NTB mencapai angka 710 kasus. Kemudian meningkat jadi 723 kasus pada tahun 2023. 


"Fakta ini menunjukkan sampai saat ini anak-anak masih rentan menjadi korban kekerasan seksual," kata Saprudin.


Melihat realitas tersebut, Saprudin menyebut peran media sangat krusial dalam melakukan pencegahan maupun pengungkapan dan penuntasan kasus kekerasan seksual di daerah masing-masing.


"Untuk memastikan pencegahan kekerasan seksual dan perkawinan anak menjadi gerakan bersama semua pihak, maka YGSI Lombok merasa penting memperkuat berkolaborasi dengan jurnalis dan organisasi media," ucap Saprudin.


Ketua Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT), Rusliadi, mengatakan perlu adanya kolaborasi yang lebih kuat antara media dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serupa dalam mengentaskan kasus kekerasan seksual maupun perkawinan anak.


"Dalam proses kerja jurnalis mengungkap kasus serupa, jurnalis kadang dihalangi oleh sejumlah pihak. Mungkin di sana letak pentingnya kita berkomitmen untuk memperkuat kolaborasi," ujar Rusli, sapaan akrab Ketua FJLT.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.