Amak Jumakyah Merasakan Kemerdekaan Sesungguhnya Berkat Program TMMD

Kondisi awal rumah Amak Jumakyah
Kondisi awal rumah Amak Jumakyah

Berkah di Usia Senja

Lombok Timur - Amak Jumakyah, lelaki tua warga Dusun Tengak Bat, Desa Kesik itu kini tersenyum bahagia. Lantaran rumah berdinding bedek yang dihuninya selama puluhan tahun telah rubuh dan tergantikan rumah permanen berkat program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke 121 yang dilaksanakan Komando Divisi Militer (Kodim) 1615/Lotim.

Keseharian Amak Jumakyah adalah buruh serabutan dengan beban 6 orang anak. Sementara anak-anaknya merantau ke berbagai daerah untuk memperbaiki perekonomian keluarga.

Usianya yang sudah mencapai 87 tahun membuatnya sudah tak lagi cekatan bekerja. Mata yang hanya dapat melihat sebelah, tubuh yang bungkuk dengan gerak yang tertatih-tatih, membuatnya hanya mampu mengandalkan anak-anaknya untuk menafkahi. Selain itu, dia juga mengandalkan bantuan-bantuan dari program pemerintah yang digelontorkan untuknya.

Jumakyah tak pernah membayangkan di sisa hidupnya dapat tinggal di rumah yang bagus berlantaikan keramik dengan kamar mandi yang layak. Ia sempat pasrah akan tetap tinggal di gubuk reyot berdinding bedek dan berlantaikan tanah.

Kondisi terkini rumah Amak Jumkyah

Terlebih setiap pengajuan program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), ia tak pernah punya uang untuk menambah biaya pembangunan. Karena program renovasi RTLH hanya memberikan dana stimulan yang nilainya Rp.15 juta. Sementara, kekurangan dalam pembangunan tetap menjadi beban pemilik rumah.

"Saya belum nyaman tinggal di rumah ini. Belum terbiasa. Rasanya masih aneh," tuturnya dalam bahasa Sasak.

Begitulah sedikit ucapan Jumakyah yang merasa asing dengan rumah barunya. Saking lamanya tinggal di gubuk reyot, ia lupa rasa nyamannya tidur di rumah yang layak huni.

Bagaimana tidak, selama puluhan tahun ia yang terbiasa tidur beralaskan tikar di gubuk bambu, kini harus menyesuaikan diri dengan kenyamanan baru dari dinginnya lantai keramik dan terlindungi dari hembusan angin oleh dinding beton yang kokoh.

Selama ini, dia hanya mampu memperbaiki atap rumahnya agar tidak kehujanan. Namun kondisi ekonomi yang buruk membuatnya harus kreatif untuk mencari bahan atap tanpa membeli.

Atap rumahnya sering bergonta-ganti, mulai dari menggunakan daun kelapa hingga menggunakan jerami. Semua itu dilakukan agar tidak terkena terpaan panas matahari dan siraman air hujan.

"Saya bahagia, tidak lagi tidur kehujanan," ucapnya penuh senyum.


Rasakan Kehadiran TNI Sejak Era Penjajahan

Jamakyah adalah sosok war muga Indonesia yang benar-benar merasakan kehadiran TNI. Ia yang lahir di era penjajahan di masa kecilnya merasakan kemerdekaan berkat perjuangan TNI bersama rakyat. Di saat usia Indonesia yang ke 79, dia merasakan kemerdekaan kembali karena rumah yang dulunya menjadi beban hidup, kini telah berubah 180° menjadi sangat layak untuk ditinggali.

Kepala Dusun, Amak Jumakyah, dan Anaknya, duduk nyaman di lantai keramik


Ia pun sempat menceritakan sekelumit kisahnya di masa penjajahan. Dengan ingatan yang sudah mulai hilang karena pikun, dia menuturkan bagaimana peralihan kolonialisme dari tangan Belanda ke Jepang di masa itu.

Kisah unik juga diceritakan saat tentara Jepang memburu ayam-ayam milik rakyat untuk dipanggang. Bahkan gadis-gadis di masa itu harus digunduli agar para tentara Jepang tidak tertarik.


Cita-cita Seorang Anak yang Terwujud Melalui TMMD

Nasrin putra kelima Amak Jumakyah mengatakan bahwa dirinya bersama saudara-saudaranya juga bercita-cita untuk memperbaiki rumah orangtuanya. Namun karena keterbatasan ekonomi, cita-cita mulianya tak kunjung terwujud.

Ia pun menyebut program renovasi rumah melalui program TMMD ke 121 merupakan berkah yang tak terhingga bagi keluarganya. Bahkan tak pernah terbayangkan baginya bahwa rumah yang dibangun melalui TMMD akan sangat mewah.

"Di pikiran saya hanya ditembok dan dilantai semen saja, sudah alhamdulillah. Tapi yang diberikan ini jauh lebih dari apa yang saya pikirkan," tutur Nasrin saat dijumpai Senin, (19/8/2024).

Jangankan Nasrin, penulis pun sempat terkejut melihat begitu bagusnya rumah Amak Jumakyah saat ini. Seluruh rumah berlantai keramik, pintu-pintu terbuat dari kayu berkualitas baik. Plafon terpasang sempurna menggunakan kalsi board, bahkan gagang pintunya pun berkualitas premium.

Terlihat jelas dari raut Nasrin, wajah haru berkaca-kaca menahan linangan air mata saat mengucapkan terimakasihnya kepada TNI.

"Terimakasih Panglima, terimakasih Dandim, terimakasih untuk seluruh TNI. Semoga masyarakat lain yang kondisinya sama dengan kami, juga mendapat bantuan seperti ini," harapnya.

Saking antusiasnya Nasrin saat mengetahui orangtuanya menjadi penerima manfaat dari Program TMMD, ia membatalkan tiket keberangkatannya ke Jambi. Padahal tujuannya ke Jambi adalah untuk mencari nafkah bagi anak dan orangtuanya.

Tiket yang dibelinya pun direlakan hangus dan menunda keberangkatan demi bergotong-royong bersama TNI. "Waktu itu saya sangat yakin kalau TNI yang bekerja pasti akan tuntas. Makanya saya relakan tiket itu hangus," tuturnya.


Perjuangan Kepala Dusun untuk Warganya

Kepala Wilayah Dusun Tengak Bat, Kamarudin menuturkan perjuangannya untuk menghadirkan rumah layak huni bagi Amak Jumakyah. Setiap adanya program RTLH dari Desa, Kamarudin selalu mendata Amak Jumakyah sebagai penerima manfaat. Namun sayangnya, Amak Jumakyah selalu tak punya uang walaupun hanya sekedar untuk memberi makan tukang dan buruh yang bekerja.

Buah kesabaran Amak Jumakyah akhirnya terjawab melalui program TMMD. Kamarudin pun langsung mengusulkan nama Amak Jumakyah dalam program renovasi rumah.

Gayung bersambut, akhirnya nama Amak Jumakyah langsung terdata sebagai penerima manfaat.

"Tumben saya menemukan pekerjaan RTLH yang hasilnya begini mewahnya," kata Kamarudin.

Ia pun berharap agar program-program sejenis kembali digelontorkan di dusunnya. Mengingat masih ada warganya yang tinggal di rumah tidak layak huni.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.